Jumat, 30 April 2010

Belanda oh Belanda

Siapa ingin pergi ke Belanda? Ya, sekedar liburan atau bahkan sekolah S2 di sana mungkin? Pengen banget! Itu pasti jawaban yang muncul. Belanda alias Netherlands memang salah satu tempat incaran para pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu. Beberapa universitas terkemuka di Belanda juga sudah melahirkan lulusan yang sukses dalam kariernya. Seperti menteri lingkungan hidup yang sekarang menjabat, Bapak Gusti Muhammad Hatta. Beliau mendapatkan gelar Doktor (Ph.D) bidang Silvikultur di Universitas Wageningen, Belanda. Sekarang beliau sudah profesor loh...

Sebenarnya, selain Belanda, ada banyak negara tujuan untuk melanjutkan pendidikan. Lalu mengapa banyak yang tertarik ke Belanda? Setelah membaca tulisan dan literatur tentang Belanda, saya sedikit tahu mengapa negara kincir angin itu dipilih. Inovasi teknologi yang diakui dunia membuat nama Belanda dikenal banyak pencari ilmu di penjuru dunia. Tidak percaya? Ilmu pengetahuan di Belanda memang bukan barang baru. Bukti nyatanya, teleskop, mikroskop, jam pendulum, dan termometer merkuri merupakan contoh penemuan orang Belanda pada abad 16-17.

Kalau tanya saya...mmm...teknologi yang pertama muncul dalam benak saya ketika mendengar kata 'Belanda' ya bendungannya. Dam. Ingat Amsterdam dan Rotterdam? Keduanya diberi embel-embel nama dam karena memang kotanya berdiri dengan bantuan bendungan. Jangan mengira bendungan ini biasa. Bayangkan jika sebuah kota dibangun di atas air. Berapa besar kekuatan (=baca: teknologi) yang diperlukan untuk menjadikannya daratan? Nah, kedua kota itu memanfaatkan bendungan untuk menahan air laut. Lihat saja letaknya di peta. Ada tepat di pinggir laut (lihat gambar 1 sebelah kiri di bawah ini).



Foto: http://www.rnw.nl/data/files/images/sea-level-captions--rkswtrstaat.jpg, www.admissions.wisc.edu/blogs (diolah)

Di mata dunia, Belanda kadang diberi julukan 'pancake' atau panekuk kata ibu-ibu bilang. Itu karena negaranya memang hampir-ya bisa dibilang amat sangat-rata. Kontur tanahnya landai. Dan tidak ada gunung sama sekali!
Dataran tertinggi di sana hanya sebuah 'bukit'. Tingginya hanya 321 dpl (di atas permukaan laut). Huff, betapa bersyukurnya para pecinta alam tinggal di Indonesia. Di sini lebih banyak gunung untuk disinggahi :) Menurut saya itu tak lebih dari perbukitan. Bahkan titik terendah di Eropa juga berada di Belanda. Tepatnya di Nieuwerkerk aan den Ijssel. Kota di timur laut Rotterdam itu berada di ketinggian sekitar 6,74 m di bawah permukaan laut.

Terendam dong? Iya, faktanya lebih dari seperempat wilayah Belanda berada di bawah permukaan air. Coba lihat lagi gambar di atas. Gambar sebelah kanan yang berwarna biru menunjukkan wilayah belanda yang sebenarnya berada di bawah permukaan laut. Sedangkan yang hijau merupakan wilayah yang berada di atas permukan laut. Walhasil, untuk membuat sebuah kota, wilayah berair itu dipagari bendungan agar aman dari hempasan air laut dan dibantu alat untuk memompa kelebihan air keluar.

Terbayang kan kekuatan laut dengan airnya yang bejibun seberapa dahsyat. Itulah yang dijaga mati-matian oleh orang Belanda agar jangan sampai menimbulkan bencana banjir saat air laut pasang. Mereka membangun tanggul-tanggul penahan air dan bendungan. Walau terbilang bahaya, ada juga penduduk yang tinggal di daerah landai. Tanah di bibir pantai yang berlempung rupanya menarik minat penduduk untuk bercocok tanam. Jenis tanah itu ternyata lebih subur dibandingkan tanah berpasir di daerah yang lebih tinggi. Penduduknya tinggal di rumah yang dibangun di atas gundukan buatan yang disebut terpen. Tinggi gundukannya sampai 15 meter.

Awalnya tanggul hanya dibuat setinggi 1 m. Tujuannya untuk menghalangi air yang masuk merusak pertanaman mereka ketika air laut pasang. Sekitar 1000 masehi, ketika populasi penduduk meningkat dan ancaman banjir semakin kuat karena permukaan air meningkat, mulailah dibuat tanggul yang lebih baik.

Seiring waktu, pembuatan bendungan diperhitungkan dengan tingkat ketelitian tinggi menggunakan teknologi modern. Pantas bila Belanda dikenal sebagai negara dengan manajemen air terbaik di dunia. Garis pertahanan Amsterdam yang terdiri dari bangunan air dan benteng juga diakui dalam daftar kekayaan dunia. Hm, sama seperti karya batik kita yang diakui UNESCO sebagai salah satu World Heritage nih.

Tetapi bukan itu saja. Satu hal lain yang menarik perhatian saya adalah inovasi Belanda di bidang pertanian. Kalau jaman kuliah, kami-anak pertanian-sering menjuluki mereka petani berdasi. Sebenarnya mereka ngga pakai dasi juga sih ketika bertani. Yang saya maksud, mereka adalah petani pemilik usaha skala besar yang sebagian besar aktivitas pertaniannya dilakukan secara mekanik dengan teknologi robotik.

Teknologi tingkat tinggi yang diterapkan dalam sistem pertanian Belanda patut diberi acungan jempol. Contohnya, Anthura. Nurseri yang mengembangkan dan menyilangkan Anthurium (jenis tanaman hias). Nurseri yang terletak di Lansingerland, Belanda itu

memakai teknologi yang mereka sebut tirai diagfragma untuk greenhouse Anthuriumnya. Seperti yang terlihat di foto Mba Rosy-rekan saya yang beruntung banget bisa pergi kesana-di samping kiri.

Atapnya kelihatan belang-belang gelap dan terang kan? Nah bagian atap itu sebenarnya tirai diagfragma. Terdiri dari dua lapisan transparan warna abu-abu (di lapisan bagian bawah) dan belang-belang (di lapisan atas).


Tirai itu dikendalikan secara mekanik sehingga bisa membuka menutup sesuai kebutuhan cahaya, CO2, dan kelembapan tanaman di bawahnya. Bila menginginkan cahaya Video lebih jelasnya saya dapat dari si produsen Leen Huisman. Cara kerjanya c ukup dengan menekan beberapa tombol pengatur. Dalam foto, tirai sedang dalam kondisi membuka penuh. Teknologi itu memperoleh penghargaan lho di ajang Horti Fair 2006 yaitu ajang para pelaku agribisnis seluruh dunia mempertontonkan kelebihan teknologinya.

Selain atap, teknologi lainnya yang diterapkan di greenhouse yaitu sortir tanaman yang melibatkan sistem otomatis penuh seperti produksi Robotic Logiqsagro. Pekerja hanya
berdiri di satu tempat, tanaman yang datang menghampiri. Tanaman berjalan seperti berada di atas conveyor belt. Begitu pula untuk pengisian media pot. Jelas itu menghemat tenaga kerja , waktu, dan biaya. Untuk nurseri Dendrobium (jenis anggrek) seluas 3 Ha, Martin Toledo di Westland, Rotterdam, Belanda-si pemilik nurseri-hanya membutuhkan 12 pegawai. Sebelum mengadopsi teknologi itu, ia membutuhkan 40 orang pegawai. Hemat kan?

Saya membayangkan bila teknologi itu masuk ke Indonesia. Masalah hama penyakit dan penurunan kualitas buah mungkin dapat ditekan. Walaupun cuaca bukan kendala-lantaran Indonesia bukan negara 4 musim-keberadaan teknologi pasti membawa dampak positif di tanahair. Sayang, aplikasinya masih padat modal. Namun, menurut saya teknologi tinggi bukan sesuatu yang perlu dihindari walau aplikasinya tidak memungkinkan. Kebiasaan bercengkrama dengan teknologi akan semakin memperkaya imajinasi para peneliti maupun para pembaca. Dan suatu saat nanti, mereka akan melahirkan inovasi yang lebih aplikatif. Pantas bila para calon doktor, master, maupun profesor tertarik datang ke negeri kincir angin. Mereka juga pasti ingin mencicipi manisnya teknologi Belanda.

Saya jadi teringat, dulu—sekitar 3 tahun kemarin—pergi ke pameran pendidikan Belanda dengan teman kos, Mba Desi. Yang diadakan NEC (Netherland Education Center) —sekarang namanya jadi NESO (Netherlands Education Support Office)—di Jakarta Convention Center. Waktu itu ada pameran juga di sebelahnya, saya lupa pameran apa, tapi jadi tertarik mengunjungi pameran NESO itu yang kebetulan diadain di sebelahnya.

Yah, waktu itu kan masa-masa baru tahun pertama kerja. Ngga mengerti juga cari sponsor beasiswa. Jadilah cuma mampir. Sempet terdiam juga melihat seorang perempuan muda yang keliatannya 'berada' duduk di salah satu stan, langsung serius tanya-tanya. Jujur aja saya iri. Enak banget sepertinya tinggal memilih sekolah, biaya sudah ada (padahal tidak tahu juga jadi tidak, tapi saat itu dia terlihat meyakinkan dan akhirnya mengisi sebuah formulir). Meski cuma mampir, ketika pulang kami sempat memasukkan beberapa carik kertas ke kotak yang disediain di depan stan-stan sekolah yang diminati. Saya memasukkan 2 kertas dari 4 kertas kalau tidak salah.

Selang sepekan, telepon saya berdering ketika akan pergi ke tempat relasi kantor. Ternyata dari NESO! Perempuan yang di seberang telepon intinya menanyakan keseriusan saya. Wah, maaf sekali ya Mba :) waktu itu sampai telepon 2 kali (ya karena saya memasukkan 2 kertas), tapi saat itu tak memungkinkan. Padahal persyaratan yang harus dipenuhi tidak ribet juga. Cuma saya sudah tandatangan kontrak di tempat kerja saya. Nah, saran saya untuk yang mau sekolah di luar negeri atau yang serius memilih ke Belanda dateng saja di pameran pendidikan yang diadakan NESO. Mereka juga memberikan beasiswa, StuNed (Studeren in Netherland) namanya. Sayang, tahun ini saya telat lihat pengumumannya :(.

Di Belanda, pilihan bidang yang bisa dipilih cukup banyak. Walau negara yang identik dengan warna oranye itu jadi surga bagi para mahasiswa teknik, ternyata masih banyak alternatif bidang lainnya. Seperti di Universitas Utrecht yang termasuk universitas tertua di Belanda. Ada hukum, seni dan disain, bahasa, budaya, sosial ekonomi, ilmu sosial lainnya, hingga kedokteran hewan juga ada lho! Soal sikap terhadap pendatang baru, penduduk belanda dikenal multikultural. Menghargai perbedaan budaya termasuk soal pendatang. Islam di sana merupakan agama terbesar ketiga.

Sampai sekarang saya juga masih bermimpi terbang ke Belanda. Impian itu serasa segar kembali ketika saya buku tentang belanda The Ducth, I pressume? Buku setebal 146 halaman itu menggambarkan Belanda lewat tulisan dan beragam foto menakjubkan. Penuh semangat dan penuh keceriaan. Penuh warna. Entah kapan saya mengunjungi negeri kincir angin itu, yang jelas bila saya berkesempatan, saya akan memboyong 1.000 foto tentang ribuan inovasi dan keindahan Belanda di balik lensa kamera. Mengunjungi kanal di Utrecht. Mampir di Keunkenhof Park menikmati indahnya tulip. Membidik barisan 9 kincir angin bersejarah di Kinderdijk. Dan membeli a lot of little clogs-alas kaki yang menurut saya mirip bakiak di Indonesia-untuk oleh2. Belanda oh Belanda....


Literatur:
1. Evy Syariefa. Berguru pada Kerajaan Tanah Rendah. Trubus Edisi Desember 2008. Depok: PT Trubus Swadaya.
2. Henk van Staalduinen. Carilah Teknologi Hingga ke Negeri Belanda. Trubus Edisi September 2009. Depok: PT Trubus Swadaya.
3. Martin de Rooi dan Allard de Rooi. 2006. The Dutch, I Presume? Netherland: N & L Publishing.
4. http://www.biodiversity.ru/coastlearn/pp-eng/images/haringvliet.jpg
5. http://www.admissions.wisc.edu/
6. http://www.eupedia.com/netherlands/trivia.shtmlhttp://www.leen-huisman.nl

Foto (sesuai urutan muncul):
1. www.cia.gov
2. http://www.rnw.nl/data/files/images/sea-level-captions--rkswtrstaat.jpg
3. Rosy Nur Apriyanti
4. Rosy Nur Apriyanti

' What I still like best of all is that I can least writedown what I think and feel, otherwise I would just choke.' Anne Frank

16 komentar:

  1. Kekuatan Belanda dalam 'berperang' melawan kekuatan air memang luar biasa. Dengan usaha yang tidak mudah itu, toh nyatanya menjadi negara yang sangat teratur dan maju dalam teknologi pengelolaan air. Hweee... jadi pengen ke Belanda. Nice writing:)

    BalasHapus
  2. kemampuan belanda dalam merubah energi angin menjadi energi listrik keren jg,seharus nya Indonesia meniru belanda belanda dalam memanfaatkan Energi.Aku jamin pasti Indonesia pasti tidak akan Krisis Energi lagi ..
    Mari Indonesia kita bisa menjdai lebih baik seperti Belanda

    BalasHapus
  3. @ Niken: Hiya, soal air kayanya perlu belajar dari Belanda terutama biar ibukota ngga kerendam di musim hujan. Proyek Banjir Kanal Timur juga dibantu konsultan teknik dari Belanda loh...tinggal berdoa aja, semoga realisasinya cepat terwujud..
    Thanks niken :)

    BalasHapus
  4. @ Juki: Indonesia juga udah mulai, ki, di Malang, Universitas Brawijaya udah berhasil buat kincir air untuk pembangkit listrik di Kabupaten Blitar sama Kabupaten Malang. Di daerah Jawa Timur juga ada penduduk yang manfaatin mesin tua untuk buat kincir air buat pasokan listrik desa gara-gara PLNnya sering mati. Gw liat di tivi! Keren kan? :D Siapa tau km juga terinspirasi utak atik lemari esmu untuk buat inovasi mesin baru :) gimana?

    BalasHapus
  5. Excellent writing!
    Ta doakan biar impianmu terwujud...biar makin banyak yang bisa diceritain soal Belanda dan inovasi-inovasinya lewat lebih banyak tulisan. mudah2an tulisan2mu nantinya bisa jadi ladang inspirasi buat yang membaca, termasuk aku :P

    BalasHapus
  6. @Eny: Terimakasi Eny :)amiin...semoga semuanya bisa dapet inspirasi untuk buat sesuatu menjadi lebih baik...apapun itu, darimanapun itu, dan siapapun itu.

    BalasHapus
  7. yup, terasa banget tinggalan hindia belanda di indonesia dalam hal irigrasi. kalo mas rizky ke jogja ada yang namanya selokan mataran, yaitu sungai irigasi buatan yang menghubungkan sungai progo dan sungai opak yang bisa mengairi ribuan hektar sawah di sleman, kota dan bantul...
    anyway, makasih ya dah mampir di Baluran and Me...

    salam dari baluran :D

    BalasHapus
  8. Saking pengennya ke Belanda .. Kiki memang sudah kumpulin banyak sekali literatur ya. negeri Belanda memang paling cocok sebagai kiblatnya perkembangan teknologi pertanian. Mulai dari urusan tanaman hias, cara mereka menyuplai teknologi sangat luar biasa... sepertinya agro memang hal yang paling penting disana. sampai sampai dibuat sendiri acara Inovasi Horti seperti yang kiki sampaikan. dengan adanya acara itu saja, orang sana mau berlomba-lomba menciptakan suatu teknologi sebagai satu jawaban atas permasalahan yang mereka hadapai. mungkin itu sudah mendarah daging saat mereka membangun dam agar tidak tenggelam. Well, paling tidak seharusnya menjadi cermin bagi negara Indonesia yang merupakan negara agraris yang tanah airnya bisa diolah secara lebih efisien dan efektif dengan teknologi teknologi Belanda yang aplikatif. Saya doakan Kiki bisa kesana dan menjepret inovasi belanda melalui lukisan dan Kamera... dengan begitu banyak orang yang bisa belajar dan mengaplikasikannya. Caiyoooo , Vina

    BalasHapus
  9. bener banget klo dari Belanda kita bisa belajar pertanian.. secara impor benih2 hortikultura kita sebagian besar juga dari Belanda. Coba aja bilang ke petani benih dari Belanda pasti langsung diserbu..
    sayangnya aku pernah gagal dapet beasiswa short course dari neso.. padahal dah ngarep banget..
    tp ga putus asa, suatu saat kesana.. jadi kalo ada tips2 biar lolos beasiswa ke sana bagi2 ya..
    wait for me Ned..

    BalasHapus
  10. @ mas Swiss: Hiya, mas soal irigasi mereka nomor 1. Selokan mataram??? Wah, sepertinya menarik, kapan2 mampir deh kalo ke jogja :D
    Terimakasih juga sama-sama... :)
    @ mba Vina: Ahahaha :D sebenernya ga banyak si mba, tapi ternyata banyak yang bisa dibuat tulisan dari situ, agak bingung juga malah...
    Ok, makasi ya, semangat juga ngembangin herbalnya! :)

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. hua...kEapus! @ mas Muis: gw jg..ngarep mode on untuk SC...hehehehe..
    Ok, tar tipsnya bagi2 deh, kalo dapet...*tapi kenapa munculnya pk ID yg ini hehehehe*
    Ayo sama2 semangat mas! Coba lagi dan coba lagi :)

    BalasHapus
  13. semoga terwujud ki keinginan mu,yg smnget pantang menyerah ...

    BalasHapus
  14. klo g bisa pergi k belanda,jln2 k jawa aj ki banyak bendungan jg..pokok ny g kalah ama belanda ^_^

    BalasHapus
  15. @ Juki: amiiin....doakan gw ya :) makasi...
    @ Didit: kalo ke Jawa mampir ke tempatmu ya Dit, mau liat Eka sm Purnama :)

    BalasHapus
  16. bukan pengen ke Belanda lagi,,,tapi saya malah merasa sedih melihat indonesia...pengen banget membangun indoneisa jauh lebih baik dan lebih bersih....bersih...bersih...bersih lagiiiiiiiiiiiiiiiii.....padahal di Indonesia punya kota seribu sungai...ehm, sekarang sungainya ditutup buat angkringan...dan yah...sedih deh...yuk pelihara dan jaga Indonesiaaaaaa.......

    BalasHapus